Saksi kasus dugaan suap proyek Pekan Olahraga Nasional (PON) Riau Diki Elfianto mengakui anggota DPR-RI dari Golkar juga meminta uang lelah atas proyek tersebut.
"Selain anggota DPRD Riau, benar juga ada permintaan uang lelah oleh anggota DPR-RI khususnya dari Golkar," kata saksi menjawab pertanyaan Ketua Majelis Hakim Krosbin Lumban Gaol di ruang persidangan, Kamis.
Pernyataan itu diungkapkan saksi Diki Elfianto yang sempat menjabat sebagai anggota komite konsorsium (KSO) proyek Stadion Utama Riau di sidang lanjutan kasus dugaan suap proyek PON oleh terdakwa Rahmat Syahputra dan Eka Dharma Putra di Pengadilan Tipikor Pekanbaru, Kamis siang.
Menurut saksi, uang lelah yang diminta anggota DPR-RI dari Golkar adalah untuk memperlancar proses rencana penambahan anggaran untuk berbagai proyek PON Riau termasuk Stadion Utama Riau.
Total rencana penambahan dana lewat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diajukan pemerintah daerah yakni sekitar Rp450 miliar.
"Uang lelah itu ditetapkan yakni sebesar enam persen dan nilai permintaan tambahan anggaran yang senilai Rp450 miliar," kata saksi.
Katua Majelis Hakim kemudian kembali mempertanyakan secara detail siapa anggota DPR yang meminta uang lelah tersebut. Namun saksi mengaku tidak tahu. "Yang saya tahu, uang itu untuk anggota DPR yang semuanya dari Golkar," katanya.
Riki Elfianto adalah saksi kedua setelah Nanang Siswanto juga pejabat konsorsium pengerja proyek Stadion Utama Riau senilai Rp900 miliar.
Pada sidang lanjutan kali ini, Majelis Hakim berencana menghadirkan sebanyak lima saksi untuk dua terdakwa, baik Rahmat Syahputra selaku Manajer Administrasi Keuangan dari konsorsium, dan Eka Dharma Putra yang sempat menjabat sebagai Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Olahraga pada Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Riau.
Penyidik KPK sebelumnya telah menetapkan enam tersangka untuk kasus yang sama. Selain Rahmat dan Eka, juga ada tiga anggota DPRD Riau seperti Muhammad Dunir (PKB), Muhammad Faisal Aswan (Golkar) dan Taufan Andoso Yakin (PAN).
Kemudian yang terakhir yakni atas nama Lukman Abbas selaku mantan Kepala Dispora Riau yang terakhir menjabat sebagai Staf Ahli Gubernur Riau H.M Rusli Zainal.
Tanggapan penulis :
Mau di bawa kemana negeri kita ini, mengapa para pejabat kita bersikap pengecut dan hanya berani menjajah negeri sendiri, kalau mau menjajah silahkan jajah negara lain, jangan menjajah orang yang telah memberi amanat kepamu.
Wahai anggota DPR apa dirimu tidak malu dengan sikapmu itu, atau memang sudah dicabut kemaluanmu sehingga tidak punya rasa malu lagi. Kalian duduk di kursi kehormatan untuk menjalankan amanat rakyat yang dititipkan padamu, dan mana janjimu saat berkampanye.
Kalian di gaji untuk kerja bukan untuk tidur, jadi uang lelahmu itu adalah gajimu. Di mana hati nuranimu wahai anggota dewan yang terhormat, masih saja kalian minta jatah uang lelah.
2014 NGGAK USAH PAKAI DPR , RAKYAT NGGAK PERLU WAKIL , NGAPAIN PAKAI WAKIL KALAU YG MEWAKILI MENIPU SAMA YG DIWAKILI....
Gubernur uang terimakasihnya saja Rp 500 juta, terus uang lelahnya Anggota DPR berapa ya???? bisa-bisa Rp 1,5 m nih....
Jadi ingat lagi "KULIHAT IBU PERTIWI ............ KINI IBU SEDANG LARA MERINTIH DAN BERDOA".
"Selain anggota DPRD Riau, benar juga ada permintaan uang lelah oleh anggota DPR-RI khususnya dari Golkar," kata saksi menjawab pertanyaan Ketua Majelis Hakim Krosbin Lumban Gaol di ruang persidangan, Kamis.
Pernyataan itu diungkapkan saksi Diki Elfianto yang sempat menjabat sebagai anggota komite konsorsium (KSO) proyek Stadion Utama Riau di sidang lanjutan kasus dugaan suap proyek PON oleh terdakwa Rahmat Syahputra dan Eka Dharma Putra di Pengadilan Tipikor Pekanbaru, Kamis siang.
Menurut saksi, uang lelah yang diminta anggota DPR-RI dari Golkar adalah untuk memperlancar proses rencana penambahan anggaran untuk berbagai proyek PON Riau termasuk Stadion Utama Riau.
Total rencana penambahan dana lewat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diajukan pemerintah daerah yakni sekitar Rp450 miliar.
"Uang lelah itu ditetapkan yakni sebesar enam persen dan nilai permintaan tambahan anggaran yang senilai Rp450 miliar," kata saksi.
Katua Majelis Hakim kemudian kembali mempertanyakan secara detail siapa anggota DPR yang meminta uang lelah tersebut. Namun saksi mengaku tidak tahu. "Yang saya tahu, uang itu untuk anggota DPR yang semuanya dari Golkar," katanya.
Riki Elfianto adalah saksi kedua setelah Nanang Siswanto juga pejabat konsorsium pengerja proyek Stadion Utama Riau senilai Rp900 miliar.
Pada sidang lanjutan kali ini, Majelis Hakim berencana menghadirkan sebanyak lima saksi untuk dua terdakwa, baik Rahmat Syahputra selaku Manajer Administrasi Keuangan dari konsorsium, dan Eka Dharma Putra yang sempat menjabat sebagai Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Olahraga pada Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Riau.
Penyidik KPK sebelumnya telah menetapkan enam tersangka untuk kasus yang sama. Selain Rahmat dan Eka, juga ada tiga anggota DPRD Riau seperti Muhammad Dunir (PKB), Muhammad Faisal Aswan (Golkar) dan Taufan Andoso Yakin (PAN).
Kemudian yang terakhir yakni atas nama Lukman Abbas selaku mantan Kepala Dispora Riau yang terakhir menjabat sebagai Staf Ahli Gubernur Riau H.M Rusli Zainal.
Tanggapan penulis :
Mau di bawa kemana negeri kita ini, mengapa para pejabat kita bersikap pengecut dan hanya berani menjajah negeri sendiri, kalau mau menjajah silahkan jajah negara lain, jangan menjajah orang yang telah memberi amanat kepamu.
Wahai anggota DPR apa dirimu tidak malu dengan sikapmu itu, atau memang sudah dicabut kemaluanmu sehingga tidak punya rasa malu lagi. Kalian duduk di kursi kehormatan untuk menjalankan amanat rakyat yang dititipkan padamu, dan mana janjimu saat berkampanye.
Kalian di gaji untuk kerja bukan untuk tidur, jadi uang lelahmu itu adalah gajimu. Di mana hati nuranimu wahai anggota dewan yang terhormat, masih saja kalian minta jatah uang lelah.
2014 NGGAK USAH PAKAI DPR , RAKYAT NGGAK PERLU WAKIL , NGAPAIN PAKAI WAKIL KALAU YG MEWAKILI MENIPU SAMA YG DIWAKILI....
Gubernur uang terimakasihnya saja Rp 500 juta, terus uang lelahnya Anggota DPR berapa ya???? bisa-bisa Rp 1,5 m nih....
Jadi ingat lagi "KULIHAT IBU PERTIWI ............ KINI IBU SEDANG LARA MERINTIH DAN BERDOA".