Tabarak Thaer tak menyangka perjalanannya bersama keluatganya berakhir petaka. Bocah berusia 10 tahun ini menjadi saksi hidup pembantaian yang menewaskan 22 penumpang tiga hari lalu.
Awalnya, cerita Tabarak, mereka (penyerang) mengatakan bahwa mereka hanya ingin memeriksa bus. Namun ia membaca gelagat yang tak baik. Dia menyelipkan ponselnya ke dalam sepatu saat pembajak meminta semua penumpang bus menyerahkannya.
“Saya mulai ketakutan ketika mereka mulai memukul dan membentak para wanita,” ungkap Tabarak yang selamat dari pembajakan hari Senin (13/9/2011) lalu. Pembantaian itu menjadi perhatian dunia, karena para pelaku menyamar sebagai pasukan keamanan dan mendirikan pos pemeriksaan palsu untuk menculik maupun membunuh penumpang.
Bagi Tabarak, perjalanan itu adalah perjalanan pertama keluar dari Irak. Dia pergi bersama kakek-nenek, dua bibinya, serta kakak laki-laki dan perempuannya. Perjalanan dimaksudkan sebagai perayaan atas keberhasilan Tabarak mengerjakan ujian sekolah musim panas ini. Dan, liburan itu sekaligus menjadi ziarah bagi Tabarak ke kota suci Karbala.
Saat kejadian, kata gadis 10 tahun itu, semua penumpang selain laki-laki disuruh keluar dari bus dan berbaris. Kakek Tabarak yang sebelumnya disuruh keluar, diizinkan kembali ke dalam bus.
Tabarak masih bisa mendengar suara mereka yang minta tolong untuk dilepaskan. Namun, kata Tabarak, setengah jam kemudian terdengar suara tembakan terdengar dengan teratur. Kepanikan mulai melanda saat tembakan pertama meletus. Di dalam pikirannya, gadis kecil itu hanya tinggal menunggu giliran saja. Namun, usai membantai 22 orang penumpang, kelompok ini pergi.
Penumpang yang masih bertahan berdiskusi bagamana menghubungi pihak berwenang. Saat itulah, Tabarak berkata bahwa dia menyimpan ponsel di dalam sepatunya, dan menyerahkan ponsel itu pada kakeknya untuk meminta bantuan.
Beberapa jam kemudian, tentara patroli Irak menemukan mereka yang tengah menangis ketakutan. Tentara patroli Irak kemudian membawa mereka kembali ke Karbala yang berjarak 90 km Selatan Baghdad.
“Ini perbuatan yang mengagumkan dan brilian cucu saya menyelamatkan kami semua dari nasib yang tidak diketahui,” ujar Mohammed Ali (65th), kakek Tabarak.
0 komentar:
Posting Komentar