Sebuah yacht berukuran 11 meter dari Belanda yang mendapat julukan "kapal aborsi," yang tadinya akan memberikan perawatan kepada wanita Maroko, dikawal keluar dari perairan Maroko pada Kamis, di tengah spekulasi mengenai izin.
Woman on Waves, kelompok Belanda yang mengorganisasi kapal tersebut, mengatakan mereka tidak diberikan akses ke kapal tersebut yang sudah berlabuh di pelabuhan Smir selama "beberapa hari," setelah menerima kabar kapal akan berlabuh pada Kamis.
Kelompok tersebut mengatakan pihak berwajib Maroko memeriksan kapal tersebut, dan meski "tidak ada hukum yang dilanggar...(dan) mereka tidak menemukan ada yang mencurigakan," kapal itu tetap dikawal keluar dari pelabuhan oleh angkatan laut.
Kementerian dalam negeri mengonfirmasi kalau kapal Belanda itu sudah meninggalkan pelabuhan. Tapi menurut pihak pemerintah kejadian itu hanya pengalih perhatian, yang dibuat untuk mengalihkan perhatian media dari kegagalan kapal aborsi yang sebenarnya berlabuh di tempat tujuan.
Bahkan, kapal yang berlabuh di Smir Marina sebenarnya "hanya yacht, dengan dua warga negara Belanda di atasnya, yang tiba...pada 2 September saat sedang berlayar," ujar kementerian dalam pernyataannya.
"Dua warga negara Belanda itu membentangkan spanduk pada Kamis siang untuk menyatakan solidaritas kepada kapal yang sebenarnya, mencoba mengalihkan perhatian media, dan menutupi kegagalan operasi tersebut," tambahnya.
Woman on Waves, yang mengklaim sebelumnya kalau angkatan laut Maroko menghalangi kapal aborsi tersebut, mengatakan kalau tujuan kunjungan mereka adalah untuk membantu para wanita melakukan "aborsi medis yang legal dan aman" dengan memberikan perawatan dan saran.
Ini kunjungan pertama ke sebuah negara Muslim.
Aborsi ilegal di Maroko, negara konservatif Musilim, dan kementerian kesehatan mengatakan kapal itu tidak mendapat izin untuk beroperasi di wilayah mereka, dan menyerukan pihak berwajib untuk menghentikan kedatangan mereka.
Pada siang hari, sekitar 300 orang berkumpul di Smir untuk memprotes kunjungan tersebut, menurut keterangan seorang wartawan AFP.
Dalam kurun waktu 11 tahun, kapal Woman on Waves sudah mengunjungi Irlandia, Polandia, Portugal dan Spanyol, menimbulkan aksi protes dari aktivis pro-kehidupan di masing-masing negara.