Sering menonton kartun cepat ternyata merugikan kemampuan balita untuk berkonsentrasi dan memecahkan teka-teki berbasis logika. Parahnya, satu penelitian menyebutkan kebiasaan ini juga bisa merusak memori jangka pendek mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari University of Virginia di AS ini melibatkan 64 anak yang secara acak dibagi dalam tiga kelompok.
Satu kelompok diminta secara khusus menonton sembilan menit kartun SpongeBob SquarePants yang populer, di mana perubahan adegan terjadi pada rata-rata setiap 11 detik.
Kelompok lain mengamati kartun pendidikan dengan perubahan adegan rata-rata setiap 34 detik, sedangkan kelompok terakhir diizinkan untuk menggambar.
Setelah itu anak-anak kemudian diminta untuk menyelesaikan berbagai tes. Yang pertama, tes teka-teki, dan tes yang kedua adalah tes mengikuti petunjuk.
Hasilnya, terlihat kelompok anak yang sebelumnya diminta untuk menonton kartun lebih lambat menyelesaikan berbagai tes, bila dibandingkan dengan kelompok yang menonton kartun yang lambat dan kelompok yang menggambar.
"Percobaan memperlihatkan anak-anak menunjukkan prestasi yang lebih buruk setelah melihat kartun. Bahkan ada temuan yang didukung penelitian lain yang menemukan efek jangka panjang akan fakta negatif ini," tutup salah satu peneliti Dr Angeline Lillard.
Tapi permasalahan di Indonesia, ada 2 kategori film yang trafficnya tinggi, Sinetron dan Kartun, kalau balita di arahkan ke Sinetron maka sebagian besar mental dan moralnya akan hancur menjelang dewasa nanti. Karena hal ini sudah dimulai sejak balita dengan materi sinetron yang tidak layak tayang untuk anak kecil.
Kita tahu semua bahwa dunia perfilman di Indonesia sangatlah rendah kualitasnya. Bukan berarti film yang trafficnya tinggi dan banyak penggemarnya dari berbagai kalangan bisa di katakan mendidik!! belum tentu... Contohnya, Sinetron Cintra Fitri tahun kemarin menjadi hit di televisi, namun dari segi pendidikan masih jauh dari layak jika anak-anak yang ikut menonton..
Efek dari Sinetron Cinta Fitri yang mudah di serap adalah pemeran sebagai Miska. Banyak anak-anak yang menirukan gaya miska saat marah, benci, iri, dan lain sebagainya..
Jadi masalah perfilman harus di saling sebelum tayang, baik mutu, kualitas dan memberikan kontribusi yang baik untuk mental dan moral..
Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari University of Virginia di AS ini melibatkan 64 anak yang secara acak dibagi dalam tiga kelompok.
Satu kelompok diminta secara khusus menonton sembilan menit kartun SpongeBob SquarePants yang populer, di mana perubahan adegan terjadi pada rata-rata setiap 11 detik.
Kelompok lain mengamati kartun pendidikan dengan perubahan adegan rata-rata setiap 34 detik, sedangkan kelompok terakhir diizinkan untuk menggambar.
Setelah itu anak-anak kemudian diminta untuk menyelesaikan berbagai tes. Yang pertama, tes teka-teki, dan tes yang kedua adalah tes mengikuti petunjuk.
Hasilnya, terlihat kelompok anak yang sebelumnya diminta untuk menonton kartun lebih lambat menyelesaikan berbagai tes, bila dibandingkan dengan kelompok yang menonton kartun yang lambat dan kelompok yang menggambar.
"Percobaan memperlihatkan anak-anak menunjukkan prestasi yang lebih buruk setelah melihat kartun. Bahkan ada temuan yang didukung penelitian lain yang menemukan efek jangka panjang akan fakta negatif ini," tutup salah satu peneliti Dr Angeline Lillard.
Tapi permasalahan di Indonesia, ada 2 kategori film yang trafficnya tinggi, Sinetron dan Kartun, kalau balita di arahkan ke Sinetron maka sebagian besar mental dan moralnya akan hancur menjelang dewasa nanti. Karena hal ini sudah dimulai sejak balita dengan materi sinetron yang tidak layak tayang untuk anak kecil.
Kita tahu semua bahwa dunia perfilman di Indonesia sangatlah rendah kualitasnya. Bukan berarti film yang trafficnya tinggi dan banyak penggemarnya dari berbagai kalangan bisa di katakan mendidik!! belum tentu... Contohnya, Sinetron Cintra Fitri tahun kemarin menjadi hit di televisi, namun dari segi pendidikan masih jauh dari layak jika anak-anak yang ikut menonton..
Efek dari Sinetron Cinta Fitri yang mudah di serap adalah pemeran sebagai Miska. Banyak anak-anak yang menirukan gaya miska saat marah, benci, iri, dan lain sebagainya..
Jadi masalah perfilman harus di saling sebelum tayang, baik mutu, kualitas dan memberikan kontribusi yang baik untuk mental dan moral..
0 komentar:
Posting Komentar